Dua Mutiara dan Keluarga
DUA MUTIARA DAN KELUARGA YANG SELALU BERSYUKUR
Secara ekonomi, sepasang suami istri ini memang sangat kekurangan. Namun dengan kondisi tersebut, sedikit pun tak mengurangi rasa syukur mereka. Mereka tetap bahagia sembari terus menabur kebajikan di tengah balutan kemiskinan. Lalu, apa yang terjadi dengan mereka?
Dalam sebuah riwayat, hiduplah keluarga miskin dari kaum Bani Israel. Sepasang suami istri dengan anak-anaknya. Sang bapak yang menjadi tulang punggung keluarga ini merasa betapa hidup mereka sangat berat. Betapa tidak, seringkali ia hanya bisa makan sekali dalam sehari. Bahkan tak jarang mereka tidak mempunyai persediaan makanan untuk mengisi perut keluarganya keesokan harinya.
Namun demikian, ia tetap bisa menerima. Tidak mau menyalahkan dirinya, orang lain atau menyalahkan Tuhannya. Ia istiqamah bersyukur bahwa kehidupan yang tengah dijalaninya adalah merupakan ujian yang menempa dirinya. Malahan kemiskinan seakan-akan ia jadikan cambuk bagi dirinya untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah swt. Ketiadaan makanan, Ia jadikan kesempatan untuk berpuasa disiang hari dan beribadah kepada Allah swt. Azza wa Jalla dengan khidmat.
Sebenarnya lelaki ini sudah berusaha keras agar bisa merubah nasibnya. Ia tak henti-hentinya bekerja untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarganya, tetapi nasib mujur sepertinya belum memihak kepadanya. Usaha (Ikhtiar) yang maksimal sudah dilakukannya ke sana kemari. Sayangnya, tetap saja penghasilannya tak mampu memenuhi kebutuhan keluarganya yang kian hari semakin besar,
Karena semua pikiran dan tenaga sudah ia curahkan. Akhirnya, ia pun hanya bisa memohon Sang Maha Kuasa. Sebab hanya kepada Allah lah., tempat memohon mengubah keadaan ekonominya. Kepada-Nya lah yang bisa mengangkat derajat seseorang yang dikehendaki sekaligus menghinakan siapa yang dimurkai-Nya.
Melihat Taman Surga
Semua usahanya belum juga memembuahkan hasil yang diharapkan. Namun demikian, ia tidak putus asa. Ia merasa harus tegak berdiri, bersabar sembari menunggu harapan setelah berusaha (ikhtiar) dicurahkan, doa-doa dipanjatkan seraya bertawakkal.
Hingga suatu malam, lelaki ini keluar rumah mencari suatu tempat yang sunyi. Di sanalah ia bermunajat, memohon kepada Allah swt, agar Dia mau memberikan hidayah dan keluasan rezeki untuk dapat mencukupi kebutuhan keluarganya,
Suasana malam itu benar-benar sunyi senyap. Tak ada suara bising atau pun gaduh, yang ada hanyalah suara binatang malam yang memecah kesunyian. Dalam keheningan malam dan kekhusyukan munajatnya, tiba-tiba terdengar suara memanggil, "Hai abid (ahli ibadah), julurkan tanganmu itu!” panggil suara itu.
Lelaki itu segera saja menjulurkan tangannya. Saat itulah tiba-tiba di telapak tangannya sudah ada dua butir mutiara yang menakjubkan. Mutiara itu tampak bersinar-sinar gemerlapan menyilaukan pandangan.
Dipandangnya dua buah mutiara itu dengan senyum simpul penuh kegembiraan. Kebahagiaan tak terkira terpancar dari wajahnya. Bayangkan saja, sudah lama ia mengharapkan untuk memperoleh rezeki yang cukup dari usaha kerasnya, namun tak kunjung datang juga, mendadak di tengah kegelapan itu ketika ia memohon agar diberi kecukupan rezeki, Allah swt. mengabulkan doanya. Kini, tangannya sudah menggenggam dua butir mutiara yang tentu saja sangat mahal nilainya.
Selang beberapa lama kemudian, ia berdiri dan segera beranjak dari tempat itu. Pulang kerumah, menemui sang istri tercinta dan anak-anaknya di rumah dengan hati gembira. Sesampainya di rumah, langsung saja mutiara itu diperlihatkan kepada mereka.
Melihat apa yang dibawa oleh suaminya, langsung saja sang istri tak bisa lagi membendung air matanya. Ia menangis, terharu sekaligus bahagia. Hatinya berbunga-bunga, sebab dengan rezeki yang turun dari langit tersebut, ia merasakan bahwa segala kesulitan hidup yang mereka alami selama ini akan segera teratasi. Sehingga perut keroncongan yang sering mereka rasakan, sepertinya tidak akan mereka rasakan lagi.
Tetapi malam berikutnya, lelaki itu bermimpi sangat aneh. Dalam mimpinya, ia serasa memasuki sebuah taman surga yang nampak sangat indah. Di sebelah taman bertengger dua istana kembar yang begitu megah saling berhadapan. Temboknya terbuat dari emas yang tampak merah menyala dan atapnya kelihatan gemerlapan.
Saat itu, ia mendekatinya, ternyata semuanya berupa tembok dan atapnya tersebut berupa susunan mutiara yang menakjubkan.
"Milik siapa gerangan istana kembar seindah ini?” tanyanya pada penjaga taman itu.
“Oh.., itu nanti akan menjadi milik Tuan bersama istri Tuan sendiri" jawab sang penjaga, "Allah telah menyiapkan istana ini buat Tuan dan istri Tuan sebagai balasan bagi amal-amal Tuan selama ini,”
Setelah mendengar keterangan dari sang penjaga taman, rasanya lelaki itu sudah tak sabar lagi untuk menempatinya. Ia pun melangkahkan kakinya untuk memasuki ke dalamnya. Setelah sampai di dalam, ia tampak asyik mengamat-amati dengan seksama bangunan istana itu. Bibirnya tak henti-hentinya merapalkan kalimat tasbih, "Subhanallah... subhanallah..." karena takjub.
Namun setelah mendongak ke atas, dilihatnya ada dua buah lubang di atap istana.
“Mengapa istana seindah ini masih ada cacatnya?” lelaki itu bertanya kepada penjaga taman.
“Itu kan ulah Tuan sendiri!” jawab penjaga taman.
“Bukankah Tuan yang mengambil dua butir mutiara kemarin malam? Sehingga bukan kesalahan pembuat istana ini!” lanjutnya.
Seakan petir menyambar di sekitarnya setelah mendengar penuturan penjaga taman. Ia kaget bukan main sehingga membuatnya terbangun dari tidurnya. Kemudian, ia merenung mengingat-ingat apa yang baru saja terjadi.
Bagaimana caranya? Sama dengan sebelumnya, yakni munajat tengah malam sebagaimana kebiasaannya. Tak lupa berdoa memohon kepada Allah swt. agar dua butir mutiara yang didapatnya dikembalikan di istana taman surga. Tanpa dinyana, doa itu langsung diijabah oleh Allah swt. "Kun fayakun," beberapa saat kemudian mutiara itu telah lenyap dari hadapannya.
Praktis setelah kejadian itu, keadaan
ekonomi mereka kembali seperti sediakala, Serba kekurangan. Meski demikian, lelaki yang hidup bersama istri dan anaknya merasakan ketentraman dan kebahagiaan, Mereka semua bersyukur terhadap pemberian Allah swt, kendati hanya sedikit. Mereka juga yakin bahwa meskipun pemberian rezeki yang diberikan Allah itu sedikit, tapi kalau selalu disyukuri, insyaallah akan membawa kebahagiaan dan keberkahan dalam hidup. Dan sebaliknya, rezeki yang banyak tapi kalau orang tidak pandai mensyukurinya, bisa jadi akan mendatangkan celaka dan murka Allah.
Persis ditegaskan dalam ayat-Nya, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, Pasti Kami akan menambah (nikmat-Ku) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (QS. Ibrahim: 7).
Nabi saw., memperingatkan bahwa "Empat perkara yang menjadikan seseorang bisa celaka! Pertama, kerasnya hati (sulit dinasehati). Kedua, bekunya mata (mata yang tidak bisa melihat kebenaran meskipun sehat). Ketiga, serakah (hidup yang diperbudak oleh nafsu tamak, tidak pernah puas). Keempat, panjang angan-angan (lahir dari kemalasan, berbeda dengan cita-cita yang tumbuh dari jiwa yang sadar, kreatif)
Suasana malam itu benar-benar sunyi senyap. Tak ada suara bising atau pun gaduh, yang ada hanyalah suara binatang malam yang memecah kesunyian. Dalam keheningan malam dan kekhusyukan munajatnya, tiba-tiba terdengar suara memanggil, "Hai abid (ahli ibadah), julurkan tanganmu itu!” panggil suara itu.
Lelaki itu segera saja menjulurkan tangannya. Saat itulah tiba-tiba di telapak tangannya sudah ada dua butir mutiara yang menakjubkan. Mutiara itu tampak bersinar-sinar gemerlapan menyilaukan pandangan.
Dipandangnya dua buah mutiara itu dengan senyum simpul penuh kegembiraan. Kebahagiaan tak terkira terpancar dari wajahnya. Bayangkan saja, sudah lama ia mengharapkan untuk memperoleh rezeki yang cukup dari usaha kerasnya, namun tak kunjung datang juga, mendadak di tengah kegelapan itu ketika ia memohon agar diberi kecukupan rezeki, Allah swt. mengabulkan doanya. Kini, tangannya sudah menggenggam dua butir mutiara yang tentu saja sangat mahal nilainya.
Selang beberapa lama kemudian, ia berdiri dan segera beranjak dari tempat itu. Pulang kerumah, menemui sang istri tercinta dan anak-anaknya di rumah dengan hati gembira. Sesampainya di rumah, langsung saja mutiara itu diperlihatkan kepada mereka.
“Milik siapa gerangan istana kembar seindah ini?”
"Bu, sekarang kita sudah terbebas dari belenggu penderitaan hidup ini. Insya Allah segala kebutuhan hidup kita akan dapat terpenuhi, Lihatlah mutiara di tanganku ini!” ujarnya.Melihat apa yang dibawa oleh suaminya, langsung saja sang istri tak bisa lagi membendung air matanya. Ia menangis, terharu sekaligus bahagia. Hatinya berbunga-bunga, sebab dengan rezeki yang turun dari langit tersebut, ia merasakan bahwa segala kesulitan hidup yang mereka alami selama ini akan segera teratasi. Sehingga perut keroncongan yang sering mereka rasakan, sepertinya tidak akan mereka rasakan lagi.
Tetapi malam berikutnya, lelaki itu bermimpi sangat aneh. Dalam mimpinya, ia serasa memasuki sebuah taman surga yang nampak sangat indah. Di sebelah taman bertengger dua istana kembar yang begitu megah saling berhadapan. Temboknya terbuat dari emas yang tampak merah menyala dan atapnya kelihatan gemerlapan.
Saat itu, ia mendekatinya, ternyata semuanya berupa tembok dan atapnya tersebut berupa susunan mutiara yang menakjubkan.
"Milik siapa gerangan istana kembar seindah ini?” tanyanya pada penjaga taman itu.
“Oh.., itu nanti akan menjadi milik Tuan bersama istri Tuan sendiri" jawab sang penjaga, "Allah telah menyiapkan istana ini buat Tuan dan istri Tuan sebagai balasan bagi amal-amal Tuan selama ini,”
Setelah mendengar keterangan dari sang penjaga taman, rasanya lelaki itu sudah tak sabar lagi untuk menempatinya. Ia pun melangkahkan kakinya untuk memasuki ke dalamnya. Setelah sampai di dalam, ia tampak asyik mengamat-amati dengan seksama bangunan istana itu. Bibirnya tak henti-hentinya merapalkan kalimat tasbih, "Subhanallah... subhanallah..." karena takjub.
Namun setelah mendongak ke atas, dilihatnya ada dua buah lubang di atap istana.
“Mengapa istana seindah ini masih ada cacatnya?” lelaki itu bertanya kepada penjaga taman.
“Itu kan ulah Tuan sendiri!” jawab penjaga taman.
“Bukankah Tuan yang mengambil dua butir mutiara kemarin malam? Sehingga bukan kesalahan pembuat istana ini!” lanjutnya.
Seakan petir menyambar di sekitarnya setelah mendengar penuturan penjaga taman. Ia kaget bukan main sehingga membuatnya terbangun dari tidurnya. Kemudian, ia merenung mengingat-ingat apa yang baru saja terjadi.
Bersyukur dalam Kondisi Apapun
Mimpi malam itu membuatnya gelisah. Tak enak rasanya mendiamkan begitu saja. Sampai akhirnya ia ceritakan kepada istrinya tentang apa yang dialami dalam mimpi itu. Setelah menimang-nimang dan berpikir matang, keduanya sepakat untuk mengembalikan dua mutiara yang diperoleh kemarin ke tempat semula.Bagaimana caranya? Sama dengan sebelumnya, yakni munajat tengah malam sebagaimana kebiasaannya. Tak lupa berdoa memohon kepada Allah swt. agar dua butir mutiara yang didapatnya dikembalikan di istana taman surga. Tanpa dinyana, doa itu langsung diijabah oleh Allah swt. "Kun fayakun," beberapa saat kemudian mutiara itu telah lenyap dari hadapannya.
Praktis setelah kejadian itu, keadaan
ekonomi mereka kembali seperti sediakala, Serba kekurangan. Meski demikian, lelaki yang hidup bersama istri dan anaknya merasakan ketentraman dan kebahagiaan, Mereka semua bersyukur terhadap pemberian Allah swt, kendati hanya sedikit. Mereka juga yakin bahwa meskipun pemberian rezeki yang diberikan Allah itu sedikit, tapi kalau selalu disyukuri, insyaallah akan membawa kebahagiaan dan keberkahan dalam hidup. Dan sebaliknya, rezeki yang banyak tapi kalau orang tidak pandai mensyukurinya, bisa jadi akan mendatangkan celaka dan murka Allah.
Persis ditegaskan dalam ayat-Nya, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, Pasti Kami akan menambah (nikmat-Ku) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (QS. Ibrahim: 7).
Nabi saw., memperingatkan bahwa "Empat perkara yang menjadikan seseorang bisa celaka! Pertama, kerasnya hati (sulit dinasehati). Kedua, bekunya mata (mata yang tidak bisa melihat kebenaran meskipun sehat). Ketiga, serakah (hidup yang diperbudak oleh nafsu tamak, tidak pernah puas). Keempat, panjang angan-angan (lahir dari kemalasan, berbeda dengan cita-cita yang tumbuh dari jiwa yang sadar, kreatif)