Pola Asuh Anak di Era Zaman Digital

Pola Asuh Anak di Era Zaman Digital

ORANGTUA kerap memaksa anak harus menuruti semua perintahnya. Belum lagi kekerasan fisik dan verbal yang diterima anak ketika berbeda pendapat.


Apakah anak yang menuruti orangtuanya seratus persen tanpa membantah masih relevan dengan kondisi saat ini?
Pemerhati anak Zita Anjani mengatakan, metode zaman dulu sudah tidak relevan lagi saat ini. “Metode zaman dulu yang bila tidak sependapat dengan orangtua, akan pakai penggaris, sudah tidak bisa dilakukan lagi kepada anak-anak zaman sekarang," ucapnya saat menjadi pembicara dengan tema ’Mendidik Anak di Era Digital’, di Kelurahan Cipayung, beberapa waktu lalu.

: 'Yang ada anak-anak jadi pemberontak. Kalaupun nurut hanya karena takut. Anak yang jadi takut akan jadi pengikut, tidak kreatif, dan tidak punya ide,” ucapnya lagi. Padaiial yang dibutuhkan anak’ saat ini adalah didengarkan dan tamnunlkasl dua arah. Anak-anak Taarus dVden&arYtan dulu pendapatnya, lalu atas kesepakatan bersama diputuskan.

“Orangtua harus lebih sensitif terhadap kebutuhan anak agar  mereka bisa kreatif dan unggul. Mereka bisa menjadi pengusaha profesional karena punya banyak ide,"ujarnya,
 Pola Asuh Anak di Era Zama Digital

Selain, kekerasan fisik; yang perlu. dihindari juga kekerasan verbal alias kata-kata. Kata-kata yang merendahkan anak, melabeli dengan hal negatif akan menyakiti anak.  Lagi-lagi, tindakan kekerasan akan membuat anak menjadi takut dan akan mematikan kreativitasnya.

Menurut Zita, agar anak-anak mampu beradaptasi dengan kondisi saat ini, mencetak anak yang kreatif menjadi syarat mutlak. Caranya, tidak membuat anak takut. Anak diberikan porsi untuk didengarkan pendapatnya dan bisa berdiskusi.

Orangtua juga harus mampu memberikanmotivasi tinggi kepada anaknya.

Kecerdasan emosi menjadi penting, spiritual juga jangan dilupakan. Memiliki empati dan berperikemanusiaan, sertamenjadi pemimpin masa depan menjadi bekal anak-anak untuk masa depan.

Melek teknologi

Dunia boleh berubah, tapi kasih sayang dari orangtuanya, pelukan,ciuman, pujian, dan dihargai pendapatnya tetap tak lekang ditelan zaman. Suasana penuh kasih sayang di rumah menjadi bekal anak setiap saat melangkah. 

Namun, ada sedikit perubahan yang harus dilakukan orangtua dengan kondisi ini. Orangtua, terutama ibu, juga harus melek teknologi seperti anak-anaknya. "Ibu harus merasa perlu juga dan tahu apa itu internet dan media sosial. Agar orangtua tahu apa yang dilihat anak-anaknya,” kata pemilik sekolah Kids Republic School ini. Pasalnya, pada era digital, selain segala manfaat positiinya. internet juga punya sisi negatif, di antaranya porografi, bully, materiatisme, individualisme, dan tidak memiliki spiritualisme. Jika anak ‘melahap’ mentah-mentah segala informasi di internet, sisi negatif akan masuk bulat-bulat. “Pornografi itu benar- benar menyerang anak-anak. 

Bukan hanya anak SMP bahkan anak SD pun bisa dengan mudah melihat pornografi dari laptop, tablet, atau HP,” kata Zita. Psikolog Elly Risman dalam suatu kesempatan mengatakan, ketika anak-anak sudah kecanduan pornografi, risiko pergaulan bebas bertambah, prestasi pendidikan anak akan menurun. "Hati-hati bila anak senang mengurung di kamar dan melihat laptop atau HP tanpa ingin diketahui orangtuanya," katanya;

Postingan Populer