Tips dan Trik Traveling Hemat Tapi Tetap Seru
Tantrum. Kata ini sudah seperti mimpi buruk bagi banyak orang tua, terutama yang memiliki anak usia 1–5 tahun.
Tiba-tiba anak menangis, berteriak, melempar barang, bahkan berguling-guling di lantai. Sering terjadi di tempat umum, saat orang tua sedang lelah, atau di waktu yang sangat tidak ideal.
Di satu sisi, kamu ingin bersabar. Tapi di sisi lain, emosi kamu juga bisa ikut meledak. Akhirnya, teriakan dibalas teriakan. Dan suasana rumah (atau mal, atau mobil) berubah jadi medan perang.
Tapi tenang. Tantrum bisa diatasi, tanpa harus meledak, tanpa drama, tanpa boncos energi dan emosi. Bahkan bisa tetap cuan!
Yuk, kita bahas dengan santai tapi serius di artikel ini:
Apa itu tantrum dan kenapa anak melakukannya
Kesalahan orang tua yang sering terjadi
Strategi cerdas dan lembut untuk menghadapinya
Dampaknya kalau kamu bisa hadapi tantrum tanpa emosi
Bonus: bagaimana ini semua bikin kamu tetap “cuan”!
Tantrum adalah ledakan emosi yang sering muncul pada anak usia 1–5 tahun. Bentuknya bisa berupa:
Menangis histeris
Menjerit
Menendang atau memukul
Menjatuhkan diri
Menolak diajak bicara
Mengamuk karena tidak dituruti
Tantrum terjadi karena anak belum mampu mengelola emosinya sendiri. Otak bagian yang mengatur emosi (prefrontal cortex) masih berkembang.
Beberapa penyebab umum tantrum:
Lapar atau lelah
Ingin sesuatu tapi tidak tahu cara mengungkapkan
Merasa tidak didengar atau dimengerti
Stimulasi berlebihan (terlalu ramai, terlalu panas)
Frustrasi saat tidak bisa melakukan sesuatu
Mencari perhatian
Tantrum bukan berarti anak nakal. Itu adalah cara mereka “berbicara” saat kata-kata belum cukup kuat untuk menyampaikan emosi.
Berikut beberapa reaksi umum yang justru memperparah tantrum:
Membentak atau membalas dengan marah
Anak tidak akan tenang jika orang tua ikut meledak.
Mengabaikan total tanpa empati
Anak merasa tidak dimengerti. Ini bisa memperpanjang tantrum.
Langsung menyerah dan memberikan apa yang diminta
Anak belajar bahwa tantrum bisa jadi senjata untuk mendapatkan keinginannya.
Membandingkan anak dengan anak lain
Menurunkan harga diri anak dan membuatnya makin frustrasi.
Ya, ini terdengar klise. Tapi saat kamu tetap tenang, anak akan “meniru” emosi itu secara alami.
๐ง Tarik napas dalam 3 kali
๐ Turunkan posisi tubuh, sejajarkan mata
๐ค Hindari kalimat keras: “Udah diam!” → Ganti dengan: “Mama di sini ya, kamu boleh nangis dulu.”
Tunjukkan bahwa kamu mengerti, meski tidak menyetujui cara mereka mengekspresikannya.
๐ฌ “Kamu kecewa ya karena nggak boleh makan permen sebelum makan?”
๐ฌ “Kamu kesal karena mainannya rusak?”
Dengan validasi, anak merasa dimengerti dan bisa lebih cepat tenang.
Saat tantrum sedang puncak-puncaknya, anak tidak bisa menerima nasihat.
⏳ Tunggu beberapa menit
๐ด Hindari ceramah saat masih menangis
๐ช Duduk tenang di dekatnya tanpa menghakimi
Untuk anak di bawah 3 tahun, distraksi masih sangat efektif.
๐ต Ajak nyanyi lagu kesukaannya
๐ Tawarkan buku atau mainan
๐คน♀️ Ajak menirukan binatang lucu
Catatan: ini bukan “membungkam,” tapi membantu anak menemukan emosi baru.
Berikan anak kendali kecil agar dia merasa punya pilihan.
๐ฌ “Kamu mau duduk di kursi merah atau biru saat makan?”
๐ฌ “Mau dipeluk dulu atau mau sendiri dulu?”
Pilihan membuat anak merasa dihargai.
Jika kamu sudah melarang satu hal, tetap pegang aturan tersebut dengan tenang.
❌ Jangan tiba-tiba mengizinkan nonton YouTube karena anak nangis
✅ Tetap tenang: “Mama tahu kamu marah, tapi aturan kita nonton hanya sore.”
Setelah anak tenang, peluk dia dan ajak ngobrol.
๐ฌ “Tadi kamu marah banget ya? Mama ngerti kok.”
๐ฌ “Lain kali kalau kamu kesal, boleh bilang, ‘Aku kesal’ ya, bukan lempar mainan.”
Tujuannya bukan mengomel, tapi mengajarkan cara mengekspresikan emosi dengan lebih baik.
Anak butuh rutinitas untuk merasa aman dan tenang.
✅ Jadwal tidur dan makan yang konsisten
✅ Waktu bonding harian 15–30 menit (main bersama, baca buku)
✅ Gunakan “time-in” bukan “time-out” saat anak rewel: ajak duduk bersama dan bicara
Kamu mungkin bertanya, “Apa hubungannya tantrum dengan cuan?”
Jawabannya: banyak!
Tantrum sering terjadi di mal atau supermarket. Orang tua yang tidak tahan, akhirnya menuruti keinginan anak demi menghentikan tangisan. Hasilnya?
๐งธ Mainan impulsif
๐ญ Permen atau camilan mahal
๐ง Minuman manis yang seharusnya tidak dibeli
Dengan pengendalian emosi, kamu tetap bisa bilang “tidak” dengan lembut tapi tegas → dompet tetap aman!
Anak tantrum terus = waktu produktif terpotong = pekerjaan rumah atau bisnis terhambat.
Dengan strategi yang tepat, tantrum berkurang → kamu lebih tenang → bisa kerja, masak, jualan online, atau istirahat → tetap cuan!
Stres berulang akibat tantrum bisa berdampak ke mental orang tua.
Terapi, konseling, bahkan pertengkaran rumah tangga bisa muncul jika situasi tidak terkendali.
Dengan komunikasi empatik dan tenang, kesehatan mental terjaga → hemat biaya dan menjaga keharmonisan keluarga.
Q: Anak saya sering tantrum saat dilarang nonton HP. Harus bagaimana?
A: Validasi perasaan anak (“Kamu suka nonton ya?”), alihkan dengan aktivitas menarik, dan buat jadwal screen time yang konsisten.
Q: Apakah saya harus selalu sabar? Kan saya juga manusia.
A: Tidak ada orang tua yang sempurna. Yang penting, usahakan sadar saat emosi mulai naik dan ambil jeda. Minta bantuan pasangan jika perlu.
Q: Apakah memeluk anak saat tantrum itu manja?
A: Tidak. Pelukan adalah bentuk regulasi emosi. Anak yang dipeluk saat marah belajar bahwa ia tetap dicintai, bahkan saat emosinya sedang tidak stabil.
Tantrum bukan musuh. Ia adalah cara anak belajar mengenali dan mengelola emosinya. Tugas kita bukan menghentikannya secara paksa, tapi mendampingi dengan tenang.
Semakin sering kamu bereaksi dengan penuh kesadaran dan kasih sayang, semakin pendek durasi tantrum, dan semakin cepat anak belajar mengontrol dirinya sendiri.
“Ketika anak meledak, jangan ikut terbakar. Jadilah air yang menenangkan, bukan api yang membesar.”
Dengan pendekatan ini, kamu tidak hanya menciptakan rumah yang damai, tapi juga:
✔ Lebih hemat uang
✔ Lebih sehat mental
✔ Lebih banyak waktu untuk hal produktif
✔ Tetap cuan dalam semua aspek kehidupan
Jika kamu merasa artikel ini bermanfaat, bagikan ke pasangan, teman, atau grup parenting kamu.
Hashtag:
#TantrumAnak #ParentingCerdas #TanpaMarah #MomTips #AnakBahagia #IbuBijak #KeluargaHarmonis #TetapCuan #EmosiSehat #TipsParenting