Bagaimana Cara Saya Menjadi Kaya? Kata Robert
Melihat dari Judul Bagaimana Saya Menjadi Kaya? 90% Manusia normal menginginkannya. Judul tersebut merupakan sebuah kisah dari Robert T. Kiyosaki dalam mencapai kebebasan finansialnya, yang dituangkan dalam sebuah Buku Casflow Quadran.
Nah berikut ceritanya :
Kalau saya ditanya, "Dari mana kau mempelajari resepmu untuk menjadi kaya?" Saya mejawab, "Bermain Monopoli waktu masih kecil."
Beberapa orang mengira saya hanya main-main, dan yang lain menunggu kalimat penutupnya, mengharapkan sesuatu yang lucu. Namun saya tidak bermaksud melucu, dan saya tidak main-main. Resep menjadi kaya dalarn Monopoli sangat sederhana, dan resep itu berlaku dalarn hidup nyata seperti juga dalarn permainan.
EMPAT RUMAH HIJAU. .. DAN SATU HOTEL MERAH
Anda mungkin ingat bahwa rahasia menjadi kaya dalam permainan Monopoli hanyalah membeli empat rumah hijau dan kemudian menukarkannya untuk membeli sebuah hotel merah yang besar. Hanya itu yang diperlukan, dan itulah resep investasi menjadi kaya yang digunakan istri saya dan saya.
Ketika pasar real estate sangat buruk, kami membeli sebanyak mungkin rumah kecil, dengan uang kami yang terbatas. Ketika pasar membaik, kami menukar keempat rumah hijau itu dan membeli sebuah hotel merah besar. Kami tidak pernah perlu bekerja karena cash flow dari hotel merah besar, rumah-rumah apartemen, dan tempat penyimpanan kami membiayai gaya hidup kami.
JUGA BERLAKU UNTUK HAMBURGER
Atau jika tidak menyukai real estate, yang perlu Anda lakukan hanyalah membuat hamburger, membangun sebuah bisnis di sekitar hamburger itu, dan menjualnya sebagai usaha waralaba. Dalam beberapa tahun, cash floiv yang semakin bertambah akan memberi Anda lebih banyak uang daripada yang dapat Anda belanjakan.
Dalam kenyataan, jalan menuju kekayaan luar biasa bisa sesederhana itu. Dengan kata lain, dalam dunia teknologi tinggi ini, prinsip-prinsip mencapai kekayaan besar tetap sederhana dan berteknologi rendah. Menurut saya ini hanya masalah akal sehat. Tapi sayangnya, kalau menyangkut uang, akal sehat jarang ditemukan.
Sebagai contoh, bagi saya tidak masuk akal memberi orang keringanan pajak karena mereka telah mengalami kerugian dan menjalani hidup dalam lilitan utang. Atau menyebut rumah Anda aset padahal sebenarnya rumah adalah iiabilitas yang menghabiskan uang Anda setiap hari. Atau mempunyai pemerintah nasional yang menghabiskan lebih banyak uang daripada yang diperolehnya dari pajak. Atau menyekolahkan anak supaya ia bisa mendapat pekerjaan, tapi tidak mengajari anak itu apa pun tentang uang.
MUDAH MELAKUKAN APA YANG DILAKUKAN ORANG KAYA
Melakukan apa yang dilakukan orang kaya itu mudah. Salah satu alasan ada begitu banyak orang kaya raya yang tidak berprestasi bagus di sekolah adalah karena tahap ’’melakukan” dari proses menjadi kaya raya adalah sederhana. Anda tidak perlu bersekolah untuk menjadi kaya. Yang pasti, tahap "melakukan” dalam proses menjadi kaya bukan ilmu pengetahuan roket Ada sebuah buku klasik yang saya anjurkan Anda baca: Berpikir dan Menjadi Kaya oleh Napolean Hill. Saya membaca buku ini ketika masih remaja, dan buku ini sangat mempengaruhi arah hidup saya. Sebenarnya Ayah Kaya yang pertama kali menganjurkan saya membaca buku ini dan buku-buku lain yang serupa.
Ada sebuah alasan bagus mengapa buku ini diberi judul Berpikir dan Menjadi Kaya dan bukan ”Kerja Keras dan Menjadi Kaya” atau ”Cari Kerja dan Menjadi Kaya”. Kenyataannya, orang yang bekerja paling keras pada akhirnya tidak menjadi kaya. Kalau ingin menjadi kaya, Anda perlu "berpikir.” Berpikir sendiri dan bukannya mengikuti pendapat orang banyak. Menurut saya, salah satu aset besar orang kaya adalah cara berpikir mereka yang lain daripada yang lain. Kalau melakukan apa yang dilakukan orang lain, Anda akhirnya akan memiliki apa yang dimiliki orang lain. Dan bagi kebanyakan orang, yang mereka miliki adalah bertahun-tahun kerja keras, pajak yang tidak adil, dan utang seumur hidup.
Ketika orang lain bertanya kepada saya, ”Apa yang harus kulakukan untuk pindah dari sisi kiri Quadrant ke sisi kanan?” jawaban saya adalah, ”Bukan apa yang harus kau ’lakukan’ yang perlu diubah. Pertama-tama yang harus berubah adalah caramu ’berpikir.’ Dengan kata lain, ’menjadi’ pribadi yang diperlukan untuk ’melakukan’ apa yang harus dilakukan.”
Apakah Anda ingin menjadi orang yang berpikir bahwa membeli empat rumah hijau dan mengubahnya menjadi satu hotel merah adalah mudah? Atau apakah Anda ingin menjadi orang yang berpikir membeli empat rumah hijau dan mengubahnya menjadi satu hotel merah adalah susah?
Bertahun-tahun lalu saya mengikuti kelas ’’penentuan tujuan.” Saat itu pertengahan tahun 1970-an, dan saya benar-benar tak bisa percaya telah menghabiskan uang $150 dan satu hari Sabtu serta Minggu yang indah untuk belajar cara menentukan tujuan. Saya lebih suka berselancar. Tapi saya malah berada di sana, membayar seseorang Untuk mengajari saya cara menentukan tujuan. Saya hampir membatalkan niat beberapa kali, tapi apa yang saya pelajari dari kelas itu telah membantu saya mencapai apa yang saya inginkan dalam hidup Sang instruktur menuliskan di papan tiga kata ini.
MENJADI - MELAKUKAN MEMPUNYAI
Ia lalu mengatakan, ’Tujuan adalah tahap mempunyai’ dari tiga kata ini. Tujuan seperti mempunyai tubuh yang indah, atau mempunyai hubungan asmara yang sempurna, atau mempunyai jutaan dolar, atau mempunyai kekayaan besar, atau mempunyai ketenaran. Begitu orang mengetahui apa yang ingin mereka punyai, yaitu tujuan mereka, mereka mulai membuat daftar apa yang harus mereka ’lakukan.’ Itu sebabnya kebanyakan orang mempunyai daftar ’Yang Harus Dilakukan.’ Mereka menentukan tujuan mereka dan mulai melakukan.”’
Ia pertama-tama menggunakan contoh tujuan mempunyai tubuh yang sempurna. ”Apa yang dilakukan sebagian besar orang ketika menginginkan tubuh yang sempurna adalah melakukan diet, dan kemudian pergi ke pusat kebugaran. Hal ini berlangsung selama beberapa minggu dan kemudian sebagian besar kembali ke cara makan yang lama, yang terdiri atas kentang goreng dan piza, dan bukannya pergi ke pusat kebugaran, mereka malah menonton bisbol di TV. Inilah contoh melakukan’ dan bukannya ’menjadi.’
’’Yang penting bukanlah dietnya; yang penting adalah kau harus menjadi siapa untuk bisa menjalani diet. Namun demikian, setiap tahun jutaan orang mencari diet yang sempurna untuk dijalani supaya bisa menjadi kurus. Mereka memusatkan perhatian pada apa yang harus mereka lakukan, bukannya pada pribadi macam apa yang harus mereka bentuk. Diet takkan membantu kalau cara berpikirmu tidak berubah.”
Ia menggunakan golf sebagai contoh lain: ’’Banyak orang membeli seperangkat tongkat golf baru dengan harapan mereka bisa memperbaiki permainan mereka, bukannya memulai dengan sikap, kerangka berpikir, dan keyakinan seorang pegolf profesional. Pegolf yang buruk dengan seperangkat tongkat golf baru tetap saja pegolf yang buruk.”
Lalu, ia membahas masalah investasi: ’’Banyak orang berpikir bahwa membeli saham atau dana bersama akan membuat mereka kaya. Nah, hanya membeli saham, dana bersama, real estate, dan obligasi tidak akan membuat kau kaya. Hanya melakukan apa yang dilakukan investor profesional tidak menjamin keberhasilan finansial. Seseorang yang memiliki mentalitas pecundang akan selalu kalah tak peduli saham, obligasi, real estate, atau dana bersama apa pun yang mereka beli.”
Kemudian, ia menggunakan contoh cara mencari pasangan kekasih yang.sempurna: ’’Begitu banyak orang pergi ke bar atau ke kantor atau ke tempat ibadah mencari pasangan yang sempurna, kekasih impian mereka. Itulah yang mereka ’lakukan’. Yang mereka ’lakukan’ adalah pergi dan mencari ’orang yang tepat’ dan bukannya berusaha menjadi orang yang tepat.
Inilah salah satu contoh yang diberikannya tentang hubungan pria-wanita: ’’Dalam pernikahan, banyak orang berusaha mengubah pasangannya supaya mereka bisa mempunyai hidup perkawinan yang lebih baik. Daripada mencoba mengubah pasangan Anda, yang sering menimbulkan pertengkaran, lebih baik mengubah diri Anda dulu,” katanya. ’’Jangan mengubah pasangan Anda; ubahlah pikiran Anda tentang pasangan Anda.”
Ketika ia berbicara tentang hubungan pria-wanita, pikiran saya melayang kepada banyak orang yang telah saya temui selama bertahun-tahun yang bertekad "mengubah dunia” tapi tidak mencapai hasil apa pun. Mereka ingin mengubah orang lain, tapi tidak mengubah diri mereka sendiri.
Untuk contoh dalam hal uang, ia mengatakan, ”Dan kalau menyangkut masalah uang, banyak orang mencoba melakukan’ apa yang dilakukan orang kaya dan ’mempunyai’ apa yang dipunyai orang kaya. Jadi, mereka pergi dan membeli rumah yang tampak kaya, mobil yang tampak kaya, dan menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah tempat orang kaya menyekolahkan anak-anak mereka. Akibatnya mereka harus melakukan’ pekerjaan lebih keras dan mempunyai’ lebih banyak utang, yang membuat mereka bekerja semakin keras... sesuatu yang tidak dilakukan orang yang benar-benar kaya.”
Saya mengangguk-anggukkan kepala setuju di bagian belakang kelas. Ayah Kaya tidak menggunakan kata-kata yang sama untuk memberikan penjelasan, tapi ia memang sering mengatakan kepada saya, ’’Orang berpikir bahwa bekerja keras mencari uang, dan kemudian membeli barang-barang yang membuat mereka terlihat kaya, akan membuat mereka kaya. Dalam banyak hal, tindakan itu tidak membuat mereka kaya. Mereka hanya menjadi semakin lelah.”
Selama kelas akhir pekan itu, banyak dari apa yang dikatakan Ayah Kaya kepada saya mulai terasa masuk akal. Selama bertahun-tahun ia hidup sederhana. Bukannya bekerja keras untuk membayar tagihan, ia bekerja keras untuk memperoleh aset. Kalau Anda melihatnya di jalan, ia kelihatan seperti orang lain. Ia mengemudikan sebuah truk pikap, bukan mobil mahal. Lalu suatu hari, pada usia akhir 30-an, ia muncul sebagai seorang penguasa finansial. Orang-orang memperhatikan ketika ia tiba-tiba membeli salah satu lahan real estate nomor satu di Hawaii. Setelah namanya dipublikasikan besar-besaran di koran, baru saat itu orang-orang menyadari bahwa pria sederhana pendiam ini memiliki banyak bisnis lain, banyak lahan real estate nomor statu, dan ketika ia berbicara, para bankirnya mendengarkan. Hanya sedikit orang yang pernah melihat rumah sederhana yang ditempatinya. Setelah kantongnya penuh uang kontan dan cash flow dari berbagai asetnya, ia kemudian membeli sebuah rumah besar baru untuk keluarganya. Ia tidak mengajukan pinjaman. Ia membayar kontan.
Setelah kelas akhir pekan mengenai ’’penentuan tujuan” itu, saya sadar bahwa banyak orang mencoba "melakukan” apa yang mereka kira dilakukan orang kaya dan mencoba ’’mempunyai” apa yang dipunyai orang kaya. Mereka sering membeli rumah besar dan berinvestasi dalam bursa saham karena itulah yang mereka kira dilakukan orang kaya. Namun Ayah Kaya memberitahu saya bahwa, kalau masih berpikir serta mempunyai keyakinan dan pemikiran orang miskin atau orang kelas menengah, dan kemudian melakukan apa yang dilakukan orang kaya, mereka pada akhirnya akan tetap memiliki apa yang dimiliki orang miskin dan orang kelas menengah. ’’Menjadi—Melakukan—Mempunyai” mulai masuk akal bagi saya.
CASHFLOW QUADRANT ADALAH TENTANG MENJADI... BUKAN MELAKUKAN
Pindah dari sisi kiri Quadrant ke sisi kanan Quadrant bukan terutama tentang ’’melakukan” tapi lebih tentang ’’menjadi” pribadi yang diperlukan.
Bukan apa yang dilakukan ”B” atau ”I” yang paling penting; tapi terutama bagaimana mereka ’’berpikir.” Siapa diri mereka pada intinya.
Kabar baiknya adalah Anda tidak butuh uang untuk mengubah cara berpikir. Bahkan hal ini bisa dilakukan tanpa biaya. Kabar buruknya adalah kadang sulit untuk mengubah pemikiran ind yang mendalam tentang uang yang diwariskan dari generasi ke generasi, atau pemikiran yang Anda pelajari dari teman-teman, dari pekerjaan, dan dari sekolah. Namun hal ini bisa dilakukan. Dan buku ini terutama membahas masalah ini. Buku ini bukan terutama tentang ’’Cara Melakukan” apa yang ’’Harus Dilakukan” untuk menjadi bebas secara finansial. Buku ini bukan tentang saham apa yang harus dibeli, atau tentang dana bersama apa yang paling aman. Buku ini terutama tentang memperkuat pikiran Anda (menjadi), supaya Anda bisa bertindak (melakukan) yang akan membuat Anda menjadi bebas secara finansial (mempunyai).
RASA AMAN ADALAH PROBLEM PARA "E”
Secara umum, orang yang mencari kuadran ”E,” kalau menyangkut masalah uang, sering sangat menghargai rasa aman. Bagi mereka memang uang sering tidak sepenting rasa aman. Mereka mungkin mengambil risiko besar di bidang lain dalam hidup mereka, seperti misalnya terjun payung, tapi tidak dalam hal uang.
PERFEKSIONISME ADALAH PROBLEM PARA "S"
Sekali lagi, ini sebuah generalisasi... namun apa yang saya lihat dalam diri orang yang sekarang berada di kuadran ”S,” tapi mencoba pindah dari kuadran kiri ke kuadran kanan, adalah mentalitas ’’Lakukan sendiri.” Mereka suka ’’Melakukannya sendiri” karena mereka sering mempunyai kebutuhan besar untuk memastikan semuanya dilakukan dengan ”beriar.” Dan karena kesulitan menemukan orang lain yang bisa melakukannya dengan ’’benar,” maka mereka melakukannya sendiri.
Bagi banyak ”S,” yang penting adalah ’’kendali.” Mereka harus memegang kendali. Mereka tidak suka melakukan kesalahan. Yang lebih mereka benci adalah orang lain melakukan kesalahan dan membuat mereka tampak buruk. Inilah yang menjadikan mereka ”S” yang sempurna dan alasan mengapa Anda menyewa tenaga mereka untuk melakukan tugas tertentu bagi Anda. Anda menginginkan dokter gigi Anda seorang perfeksionis. Anda menginginkan pengacara Anda seorang perfeksionis. Anda menginginkan ahli bedah otak Anda seorang perfeksionis. Anda menginginkan arsitek Anda seorang perfeksionis. Untuk itulah Anda membayar mereka. Itulah kekuatan mereka. Itu juga kelemahan mereka.
KECERDASAN EMOSIONAL
Satu bagian besar dari menjadi manusia adalah sifat manusiawi. Dan menjadi manusiawi berarti mempunyai emosi. Kita semua mempunyai emosi yang sama. Kita semua merasakan ketakutan, kesedihan, kemarahan, cinta, kebencian, kekecewaan, sukacita, kebahagiaan, dan emosi-emosi lain. Yang membuat kita individu yang berbeda adalah cara kita masing-masing menangani semua emosi itu.
Kalau menyangkut masalah uang, kita semua merasa takut... termasuk orang kaya. Perbedaannya adalah cara kita menghadapi rasa takut itu. Bagi banyak orang, emosi takut itu menimbulkan pikiran, ”Cari aman. Jangan ambil risiko.”
Bagi yang lain, khususnya mereka yang berada di sisi kanan, rasa (i takut kehilangan uang mungkin akan rnembuat mereka berpikir seperti ini: ”Pakai otak. Pelajari cara menangani risiko.”
Emosi yang sama, pikiran yang berbeda... pribadi (being) yang berbeda... tindakan {doing) yang berbeda... perolehan {having} yang berbeda.
RASA TAKUT KEHILANGAN UANG
Menurut pendapat saya, hal yang paling membuat manusia mengalami kesulitan finansial adalah rasa takut kehilangan uang. Dan karena rasa takut ini, orang sering bertindak terlalu hati-hati, atau terlalu penuh kendali pribadi, atau mereka hanya memberikan uang mereka kepada seseorang yang menurut mereka ahli sambil berharap dan berdoa uang itu akan ada saat mereka membutuhkannya.
Kalau rasa takut memenjara Anda dl salah satu kuadran, saya menyarankan Anda membaca Kecerdasan Emosional, oleh Daniel Goleman. Dalam bukunya, Goleman menjelaskan misteri klasik mengapa mereka yang berprestasi bagus di sekolah tidak selalu berhasil secara finansial di dunia nyata. Jawabannya adalah IQ Emosional lebih kuat daripada IQ Akademis, itu sebabnya orang yang mengambil risiko, melakukan kesalahan, dan memperbaikinya, sering lebih berhasil daripada orang-orang yang belajar tidak melakukan kesalahan karena mereka terlalu takut pada risiko. Terlalu banyak orang meninggalkan bangku sekolah dengan nilai cukup, namun tidak siap secara emosional untuk mengambil risiko... khususnya risiko finansial. Alasan mengapa begitu banyak guru tidak kaya adalah karena mereka melakukan aktivitas dalam lingkungan yang menghukum murid yang membuat kesalahan, dan mereka sendiri sering merupakan orang-orang yang secara emosional takut melakukan kesalahan. Sebaliknya, untuk menjadi bebas secara finansial, kita perlu belajar melakukan kesalahan dan mengelola risiko.
Kalau orang menjalani hidup mereka dengan dipenuhi rasa takut kehilangan uang, takut melakukan hal-hal yang berbeda dari yang dilalcukan orang banyak, maka menjadi kaya boleh dibilang mustahil, meski yang perlu dilakukan hanyalah membeli empat rumah hijau dan menukarnya dengan satu hotel merah besar.
IQ EMOSIONAL LEBIH KUAT
Setelah membaca buku Goleman, saya jadi menyadari bahwa IQ Finansial terdiri atas 90 persen IQ Emosional dan hanya 10 persen informasi teknis tentang finansial atau uang. Goleman mengutip ucapan humanis abad ke-16, Erasrnus of Rotterdam, yang menulis sebuah satir tentang perseteruan abadi antara akal sehat dan emosi. Dalam tulisannya, ia menggunakan rasio 24:1 dalam membedakan kekuatan otak emosional dengan otak rasional. Dengan kata lain, ketika sedang naik, emosi 24 kali lebih kuat daripada pikira& rasional. Saya tidak tahu apakah rasio itu valid, tapi kita bisa menggunakannya sebagai patokan untuk kekuatan pemikiran emosional vs pemikiran rasional.
24 : 1
Otak Emosional: Otak Rasional
Kita semua, kalau kita manusia, pernah mengalami peristiwa dalam hidup ketika emosi mengalahkan pikiran rasional. Saya yakin sebagian besar dari kita pernah:
1. Mengatakan sesuatu ketika sedang marah yang kemudian kita sesali.
2. Tertarik pada seseorang yang kita tahu tidak baik untuk kita... tapi kita tetap berkencan dengan mereka atau, lebih parah lagi, menikahi mereka.
3. Meangis, atau melihat seseorang menangis tidak terkandli karena kehilangan orang yang dicintai.
4. Melakukan sesuatu secara sengaja untuk menyakiti orang yang kita cintai karena kita terluka.
5. Mengalami patah hati dan lama tidak bisa melupakannya.
Itu hanyalah beberapa contoh emosi yang lebih kuat daripada pikiran rasional.
Kadang emosi lebih daripada 24:1, dan hal ini sering disebut:
1. Kecanduan, seperti misalnya makan, merokok, melakukan hubungan seks, berbelanja, dan pemakaian obat bius yang bersifat kompulsif.
2. Fobia, seperti rasa takut terhadap ular, ketinggian, tempat sempit, kegelapan, orang asing.
Ini semua dan perilaku yang lain 100 persen disebabkan dorongan emosi. Pikiran rasional tidak bisa mengendalikan pikiran emosional ketika sesuatu sekuat kecanduan atau fobia terlibat.
FOBIA ULAR
Ketika saya di sekolah penerbangan, ada seorang teman yang mempunyai fobia terhadap ular. Saat kami mengikuti pelajaran cara bertahan hidup di alam liar kalau pesawat kami tertembak jatuh, guru kami mengeluarkan, seekor ular kebun yang tak berbahaya untuk memperlihatkan cara memakannya. Teman saya, seorang pria dewasa, meloncat berdiri, menjerit, dan lari ke luar ruangan. Ia tidak bisa mengendalikan dirinya. Bukan saja fobia ularnya kuat, tapi gagasan memakan ular sama sekali tidak bisa diterima emosinya.
FOBIA UANG
Kalau menyangkut risiko dalam hal uang, saya pernah melihat orang-orang melakukan hal serupa. Bukannya mencari tahu tentang investasi, mereka juga meloncat berdiri, menjerit, dan lari ke luar ruangan.
Kalau menyangkut masalah uang, terdapat banyak fobia emosional yang dalam... terlalu banyak untuk disebutkan. Saya mempunyainya. Anda mempunyainya. Kita semua mempunyainya. Mengapa? Karena suka atau tidak, uang adalah masalah emosional. Dan karena uang merupakan masalah emosional, sebagian; besar orang tidak bisa berpikir logis tentang uang. Kalau menurut Anda uang tidak emosional, perhatikan saja bursa saham. Di sebagian besar pasar, tidak ada logika... hanya ada emosi serakah dan takut. At^u perhatikan saja orang yang naik ke dalam mobil baru dan mencium aroma interior yang berlapis kulit. Yang perlu dilakukan sang wiraniaga hanyalah membisikkan kata-kata ajaib ini di telinga mereka, ”Uang muka kecil, angsuran bulanan kecil,” dan semua logika terbang ke luar jendela.
PIKIRAN EMOSIONAL TERDENGAR LOGIS
Masalahnya, pikiran emosional inti terdengar logis. Bagi seseorang di kuadran ”E,” ketika emosi takut muncul, pikiran logisnya adalah: ’’Cari aman, jangan ambil risiko.” Namun bagi seseorang di kuadran ”1,” pikiran ini tidak terdengar logis.
Bagi orang-orang di kuadran ”S,” ketika harus mempercayai orang lain untuk melakukan sebuah pekerjaan dengan baik, pikiran logis mereka bisa seperti ini: ”Aku akan melakukannya sendiri.”
Itu satu alasan mengapa begitu banyak bisnis tipe ”S” sering merupakan bisnis keluarga. Di sana ada rasa percaya yang lebih besar. Bagi mereka, ’’Darah sudah pasti lebih kental daripada air.”
Jadi, kuadran berbeda... logika berbeda... pikiran berbeda... tindakan berbeda... kepemilikan berbeda... emosi serupa. Oleh sebab itu, emosi menjadikan' kita manusia, dan menyadari bahwa kita mempunyai emosi merupakan satu bagian besar dari menjadi manusiawi.
Yang menentukan apa yang kita lakukan adalah bagaimana kita secara individu bereaksi terhadap emosi-emosi itu.
SAYA RASANYA TIDAK INGIN MELAKUKANNYA
Satu cara untuk mengetahui apakah Anda berpikir secara emosional dan tidak secara rasional adalah ketika Anda menggunakan kata ”rasa” dalam percakapan. Sebagai contoh, banyak orang yang dikendalikan emosi mereka atau perasaan mereka akan mengatakan hal-hal seperti: ”Aku rasanya tidak ingin berolahraga hari ini.” Secara logis mereka tahu bahwa mereka seharusnya berolahraga.
Banyak orang yang mengalami kesulitan keuangan tidak bisa mengendalikan perasaan, atau mereka membiarkan perasaan mengendalikan pikiran. Saya mendengar mereka berkata:
”Aku rasanya tidak ingin belajar cara berinvestasi. Terlalu merepotkan.”
’’Berinvestasi rasanya tidak cocok untukku.”
’’Rasanya aku tidak ingin menceritakan masalahku kepada teman-temanku.”
”Aku benci perasaan ditolak.”
ORANGTUA - ANAK - ORANG DEWASA
Itu semua pikiran yang ditimbulkan oleh emosi, bukan akal sehat. Dalam psikologi populer, hal ini merupakan pertempuran antara orangtua dan anak, Orangtua biasanya berbicara dalam bahasa "seharusnya.” Sebagai contoh, mereka mungkin berkata,: ”Kau seharusnya mengerjakan p r,” sementara anak biasanya berbicara dalam bahasa ’’rasa.” Menanggapi pr, seorang anak akan berkata, ’’Tapi aku rasanya tak ingin mengerjakannya.”
Secara finansial, sisi orangtua dalam .diri Anda akan berkata, ”Kau seharusnya menabung lebih banyak uang.” Tapi sisi anak dalam diri Anda akan menjawab, ’’Tapi aku rasanya benar-benar ingin berlibur. Aku akan memakai kartu kreditku untuk membeli paket berlibur.”
KAPAN ANDA MENJADI ORANG DEWASA.?
Dalam perjalanan dari sisi kiri kuadran ke sisi kanan, kita perlu menjadi orang dewasa. Kita semua perlu menjadi dewasa secara finansial. Bukannya menjadi orangtua atau anak, kita perlu memandang uang, bekerja, dan berinvestasi sebagai orang dewasa. Dan menjadi orang dewasa berarti mengetahui apa yang harus Anda lakukan dan melakukannya, meskipun Anda mungkin merasa tidak ingin melakukannya.
PERCAKAPAN DALAM DIRI ANDA
Bagi orang-orang yang berniat menyeberang dari satu kuadran ke kuadran lain, satu bagian penting dari proses itu adalah menyadari dialog internal Anda... atau percakapan dalam diri Anda. Selalu ingat pentingnya buku Berpikir dan Menjadi Kaya. Satu bagian penting dalam proses perpindahan ini adalah selalu mewaspadai pikiran Anda, dialog internal Anda, dan selalu ingat bahwa apa yang terdengar logis di satu kuadran terdengar tidak masuk akal di kuadran lain. Proses perpindahan dari keamanan pekerjaan atau finansial menuju kebebasan finansial terutama merupakan proses mengubah cara berpikir Anda. Ini adalah proses melakukan yang terbaik untuk mengetahui pikiran apa yang berdasarkan emosi dan pikiran mana yang berdasarkan logika. Kalau bisa mengendalikan emosi dan melakukan apa yang menurut Anda logis, Anda punya kesempatan besar untuk berhasil. Tak peduli apa pun yang dikatakan orang kepada Anda dari luar, percakapan terpenting adalah yang Anda lakukan dalam diri Anda.
Ketika Kim dan saya selama beberapa saat tidak mempunyai tempat tinggal dan tidak stabil secara finansial, emosi kami tidak terkendali. Sering kali apa yang terdengar logis sebenarnya hanyalah percakapan emosional. Emosi kami mengatakan hal yang sama dengan yang dikatakan teman-teman kami: ”Cari aman. Pokoknya cari pekerjaan yang aman dan terjamin dan nikmatilah hidup.”
Namun, secara logika, kami sama-sama sependapat bahwa kebebasan lebih masuk akal bagi kami daripada keamanan. Dengan mencari kebebasan finansial, kami tahu kami akan dapat menemukan rasa aman yang takkan bisa diberikan keamanan pekerjaan kepada kami. Pemikiran ini masuk akal bagi kami. Satu-satunya hal yang merintangi kami adalah pikiran-pikiran yang dilandasi emosi. Pikiran-pikiran yang terdengar logis tapi dalam jangka panjang tidak masuk akal. Berita baiknya adalah begitu kami berhasil menyeberang, pikiran lama berhenti menjerit-jerit dan pikiran baru yang kami inginkan menjadi kenyataan... pikiran dari kuadran ”B” dan ”1.”
Sekarang, saya mengerti emosi seseorang yang berkata:
”Aku tak bisa ambil risiko. Aku punya keluarga yang harus kupikirkan. Aku harus punya pekerjaan yang aman.”
Atau "Diperlukan uang untuk menghasilkan uang. Itu sebabnya aku tidak bisa berinvestasi.”
Atau ”Aku akan melakukannya sendiri.”
Saya merasakan pikiran mereka, karena saya sendiri mempunyai pikiran seperti itu. Tapi ketika melihat dari seberang Quadrant dan telah mencapai kebebasan finansial di kuadran ”B” dan ”1,” saya bisa dengan tulus mengatakan bahwa kebebasan finansial merupakan cara berpikir yang jauh lebih menenteramkan dan aman.
PERBEDAAN ANTARA ”E” DAN ”B”
Nilai-nilai emosional inti menimbulkan berbagai pandangan berbeda. Hambatan komunikasi antara pemilik bisnis dan pegawai bisnis sering ditimbulkan oleh perbedaan nilai emosional. Selalu ada perbedaan antara ”E” dan ”B” karena yang satu menginginkan lebih banyak bayaran dan yang lain menginginkan lebih banyak pekerjaan. Itu sebabnya kita sering mendengar, ”Aku terlalu banyak bekerja dan terlalu sedikit dibayar.”
Dan dari sisi yang lain kita sering mendengar, ”Apa yang bisa kita lakukan untuk memotivasi mereka supaya bekerja lebih keras dan lebih setia tanpa harus membayar mereka lebih banyak?”
PERBEDAN ANTARA "B" DAN "I"
Satu lagi adalah- perbedaan pendapat yang terus terjadi antara pelaku bisnis dan investor dalam bisnis itu, yang sering disebut pemegang saham. Antara ”B” dan ”I” Yang.satu menginginkan lebih banyak uang untuk menjalankan bisnisnya dan yang lain menginginkan dividen yang lebih besar.
Sebuah percakapan di rapat pemegang saham mungkin akan terdengar seperti ini: Manajer perusahaan: ’’Kita Membutuhkan jet pribadi supaya para eksekutif bisa lebih cepat menghadiri rapat.”
Investor: ’’Kita membutuhkan lebih sedikit eksekutif. Dengan begitu kita tidak memerlukan jet pribadi.”
PERBEDAAN ANTARA ’’S’’ DAN ’‘B"
Dalam transaksi bisnis, saya sudah sering melihat ”S” yang pandai, seperti misalnya seorang pengacara, menegosiasikan sebuah transaksi jutaan dolar bersama seorang "B” sang pemilik bisnis, dan ketika transaksi itu gol, sang pengacarastliam-diam merasa tidak puas karena ”B” memperoleh jutaan sedang "S” mendapat honor per jam.
Kata-kata mereka mungkin terdengar seperti ini:
Pengacara: ’’Kita yang melakukan semua pekerjaan, dan dia yang memperoleh uangnya.”
"B" : "Berapa jam yang dia kenakan kepada kita? Kita bisa membeli seluruh biro hukumnya dengan tarip yang dia kenakan kepada kita.”
PERBEDAAN ANTARA ”E” DAN ’T’
Satu contoh lagi adalah manajer bank yang memberikan pinjaman kepada seorang investor untuk membeli sebuah real estate. Sang investor menghasilkan ratusan ribu dolar, bebas pajak, dan sang bankir mendapat cek pembayaran yang dikenai pajak dalam jumlah besar. Ini adalah contoh ’’E” yang berurusan dengan T” yang sering menimbulkan reaksi emosi ringan.
”E” mungkin berkata: ”Aku memberi orang itu pinjaman, dan dia bahkan tidak mengatakan ’terima kasih/ Kurasa dia tidak tahu betapa kerasnya kita bekerja untuk dia.”
”I” mungkin berkata: ”Wah, mereka memang rewel. Lihatlah kertas-kertas kerja tak berguna yang harus kita isi ini hanya untuk mendapatkan sedikit pinjaman.” ;
PERKAWINAN BERMASALAH EMOSIONAL
Saya mengenal sepasang suamiristri yang perkawinannya sangat bermasalah secara emosional, di mana sang istri seorang ”E” sejati yang percaya pada pekerjaan dan keamanan finansial, sedangkan sang suami menganggap dirinya seorang ”1” besar. Ia mengira dirinya adalah calon seorang Warren Buffet, tapi kenyataannya ia seorang "S,” wiraniaga yang hanya mendapatkan komisi, yang pada dasarnya seorang penjudi kronis. Ia selalu mencari investasi yang bisa membantunya ’’Menjadi cepat kaya.” Ia selalu mendengarkan berita tentang penawaran saham baru, atau program investasi ’lepas pantai” yang menjanjikan hasil sangat tinggi, atau transaksi real estate yang bisa memberinya hak opsi. Pasangan ini masih hidup bersama, namun saya benar-benar tidak mengerti mengapa. Mereka saling menjengkelkan satu sama lain. Yang seorang menyukai risiko; yang lain membenci risiko. Kuadran yang berbeda, nilai inti yang berbeda.
KALAU ANDA SUDAH MENIKAH ATAU MENJALIN HUBUNGAN SERIUS
Kalau Anda sudah menikah atau menjalin Ii3>ungan serius, lingkari kuadran dari mana Anda memperoleh sebagian besar penghasilan dan kemudian lingkari kuadran dari mana pasangan Anda memperoleh penghasilan. ‘
Alasan saya meminta Anda melakukan hal ini adalah karena diskusi antar pasangan sering terasa sulit jika salah satu tidak mengerti dari kuadran mana asal pasangannya.
PERTEMPURAN ANTARA YANG KAYA DAN BERPENDIDIKAN
Saya melihat adanya satu lagi perbedaan pandangan yang tidak dibicarakan, yaitu antara yang berpendidikan dan yang kaya.
Selama bertahun-tahun meneliti perbedaan antara berbagai kuadran, saya sering mendengar bankir, pengacara, akuntan dan profesional seperti mereka diam-diam mengeluh bahwa merekalah yang berpendidikan, tapi sering orang-orang yang disebut kurang berpendidikanlah yang menjadi ’’kaya.” Inilah yang saya sebut pertempuran antara golongan berpendidikan dan golongan kaya, yang lebih sering merupakan perbedaan antara orang-orang di sisi kiri Quadrant dan orang-orang di sisi kanan Quadrant... atau para ”E-S” vs para ”B-I.” Bukan berarti orang-orang di kuadran ”B” dan ”1” tidak berpendidikan,., karena banyak yang berpendidikan tinggi; hanya saja banyak ”B” dan ’T’ yang tidak berprestasi bagus di sekolah... dan tid:^ dilatih di perguruan tinggi seperti halnya pengacara, akuntan, dan pemegang gelar MBA.
Bagi yang membaca buku saya Rich Dad Poor Dad, Anda tahu buku itu tentang persaingan antara Ayah Berpendidikan dan Ayah Kaya. Ayah saya yang berpendidikan tinggi tapi miskin sangat bangga dengan kenyataan bahwa ia telah bertahun-tahun melakukan studi lanjutan di sekolah bergengsi seperti Stanford University dan The University of Chicago. Ayah Kaya adalah seseorang yang berhenti sekolak untuk menjalankan bisnis keluarga ketika ayahnya meninggal... jadi, ia tak pemah menyelesaikan SMU, namun ia memiliki kekayaan < yang sangat besar.
Ketika saya tumbuh besar dan tampak lebih dipengaruhi oleh aylh saya yang kaya tapi tidak berpendidikan, Ayah Berpendidikan kadang-kadang merasa tidak puas. Suatu hari, ketika saya berusia sekitar 16 tahun, Ayah Berpendidikan tak bisa menahan diri dan berkata,
”Aku punya gelar tinggi dari sekolah bergengsi. Ayah temanmu punya apa?”
Aku sesaat diam lalu menjawab pelan, ”Uang dan waktu luang.”
LEBIH DARI SEKADAR PERUBAHAN MENTAL
Seperti yang dinyatakan sebelumnya, untuk mendapatkan keberhasilan di kuadran ”B” atau ”I” tidak sekadar memerlukan pengetahuan akademis atau teknis. Hal ini sering membutuhkan perubahan dalam pemikiran, perasaan, keyakinan, dan sikap emosional inti. Ingatlah
MENJADI—MELAKUKAN—MEMPUNYAI.
Yang dilakukan orang kaya sebenarnya relatif mudah. Perbedaannya adalah "Menjadi.” Perbedaannya ada pada pemikiran mereka dan, khususnya, pada dialog internal dalam diri mereka sendiri. Itu sebabnya Ayah Kaya melarang saya mengatakan:
”Aku tidak bisa melakukannya.
”Aku tidak sanggup melakukannya.”
Cari aman.
’’Jangan Sampai rugi.”
’’Bagaimana kalau kamu gagal dan tidak pernah bisa bangkit lagi?” Ia melarang saya mengucapkan kata-kata itu karena ia benar-benar percaya bahwa kata-kata adalah alat yang paling ampuh bagi umat manusia. Apa yang dikatakan dan dipikirkan seseorang menjadi nyata. Ia sering mengutip dari Injil, meski ia sebenarnya tidak terlalu religius: ”Dan sabda menjadi manusia serta tinggal di antara kita.”
Ayah Kaya sangat percaya bahwa apa yang kita katakan kepada diri sendiri, dalam hati kita, akan'menjadi kenyataan kita: Itu sebabnya menurut saya orang-orang yang mengalami kesulitan finansial, emosi mereka sering berbicara dan mengendalikan hidup mereka. Jika orang tidak belajar mengendalikan pikiran yang dikuasai emosi, kata-kata mereka akan menjadi kenyataan. Kata-kata seperti:
”Aku takkan pernah jadi kaya.”
’’Gagasan itu takkan pernah berhasil.”
”Itu terlalu mahal untukku.”
Kalau bersifat emosional, pikiran-pikiran di atas sangat kuat. Berita baiknya adalah pikiran-pikiran itu bisa diubah dengan dukungan teman-teman baru, pemikiran baru, dan sedikit waktu.
Orang yang tak bisa mengendalikan rasa takut kehilangan uang sebaiknya jangan pernah melakukan investasi sendiri. Yang terbaik bagi mereka adalah menyerahkan pekerjaan itu kepada, seorang profesional dan tidak ikut campur.
Sekadar catatan tambahan yang menarik, saya sering bertemu profesional yang tak mengenal takut ketika menginvestasikan uang orang lain dan bisa menghasilkan banyak uang. Tapi kalau mereka harus menginvestasikan atau mempertaruhkan uang mereka sendiri, rasa takut kehilangan uang mereka menjadi sangat kuat dan mereka akhirnya mengalami kerugian, Emosi merekalah yang bekerja dan bukan logika mereka.
Saya juga pernah bertemu orang yang bisa menginvestasikan uangnya sendiri dan terus-menerus menang, tapi ia kehilangan sikap tenang ketika orang lain yang memintanya menginvestasikan uang mereka. Memperoleh dan kehilangan uang adalah topik yang emosional.
jadi, Ayah Kaya memberi saya rahasia cara menangani emosi-emosi itu. Ayah Kaya selalu berkata, "Supaya kau bisa berhasil sebagai investor atau pemilik usaha, emosimu harus netral terhadap kemenangan atau kekalahan. Menang atau kalah hanyalah bagian dari permainan ini.
BERHENTI DARI PEKERJAANKU YANG AMAN
Teman saya Mike mempunyai sebuah sistem yang merupakan miliknya. Ayahnyalah yang membangun sistem itu. Saya tidak mempunyai nasib baik seperti itu. Saya tahu bahwa suatu hari saya akan harus meninggalkan kenyamanan dan keamanan sarang saya, dan mulai membangun sarang sendiri.
Pada tahun 1978, saya mengundurkan diri dari pekerjaan jull-time saya yang aman dengan Xerox, dan mengambil langkah sulit ke depan tanpa jaring pengaman. Suara-suara dalam kepala saya terdengar sangat keras, ditimbulkan oleh rasa takut dan ragu. Saya nyaris beku ketakutan ketika menandatangani surat pengunduran diri, mengambil slip gaji yang terakhir, dan berjalan ke luar pintu. Berbagai pikiran serta perasaan yang merusak memenuhi benak serta hati saya. Saya “memaki-maki” diri sendiri dengan begitu keras dan penuh keyakinan sehingga tidak bisa mendengar perkataan yang lain. Untunglah, karena begitu banyak rekan kerja saya mengatakan, ”Dia akan kembali. Dia takkan pernah berhasil.”
Masalahnya, saya juga mengatakan hal yang sama kepada diri sendiri. Kata-kata emosional yang bersifat meragukan diri sendiri itu menghantui saya selama bertahun-tahun sampai istri saya dan saya berhasil di kuadran ”B” dan ”1.” Sekarang pun saya masih mendengar kata-kata itu, hanya saja pengaruhnya tidak sekuat dulu. Ketika berusaha menerima rasa ragu-ragu terhadap diri sendiri, saya belajar men-ciptakan kata-kata lain yang bersifat membangkitkan semangat pribadi, pernyataan seperti:
’Tetap tenang, berpikir jernih, bersikap terbuka, terus maju, minta bimbingan orang yang sudah menjalani proses ini, percaya, dan pertahankan keyakinan terhadap kekuatan di atas yang menginginkan yang terbaik untukmu.”
Saya belajar menciptakan kata-kata pembangkit semangat ini di dalam hati, meski ada sebagian diri saya yang takut dan waswas.
Saya tahu sangat kecil kemungkinan saya berhasil pada usaha pertama. Namun emosi positif manusia, emosi seperti rasa percaya, keyakinan, dan keberanian, serta teman baik terus mendorong saya maju. Saya tahu saya harus mengambil risiko. Saya tahu risiko mengarah kepada kesalahan, dan kesalahan mengarah kepada kebijaksanaan serta pengetahuan, dua hal yang tidak saya miliki. Bagi saya, kegagalan adalah membiarkan rasa takut menang, jadi, saya mau terus maju dengan jaminan kecil. Ayah Kaya telah menanamkan dalam diri saya pendapat bahwa ’’kegagalan adalah bagian dari proses keberhasilan.”
PERJALANAN INTERNAL
Perjalanan dari satu kuadran ke kuadran berikutnya merupakan perjalanan internal. Hai ini merupakan perjalanan satu perangkat lama keyakinan inti dan keterampilan teknis menuju satu perangkat baru keyakinan inti dan keterampilan teknis. Prosesnya mirip belajar naik sepeda. Pada awalnya Anda berulang kali jatuh. Sering hal itu membuat frustrasi dan memalukan, apalagi kalau teman-teman Anda melihat. Tapi setelah beberapa lama, Anda tidak lagi jatuh dan mengendarai sepeda menjadi sesuatu yang otomatis Anda lakukan. Kalau Anda jatuh lagi, hai itu bukan masalah besar karena, di dalam hati, Anda sekarang tahu bahwa Anda bisa berdiri dan naik sepeda lagi. Prosesnya sama dengan berangkat dari kerangka berpikir emosional keamanan kerja menuju kerangka berpikir emosional kebebasan finansial. Setelah istri saya dan saya berhasil menyeberang, kami tidak lagi terlalu takut jatuh karena kami yakin pada kemampuan kami untuk kembali berdiri.
Ada dua pernyataan yng secara pribadi membuat saya terus maju. Yang pertama adaiah kata-kata nasihat Ayah Kaya, ketika saya nyaris berhenti dan berbaiik: ”Kau bisa setiap saat berhenti... jadi, kenapa berhenti sekarang?”
Pernyataan itu membuat semangat saya naik dan emosi saya tenang. Pernyataan itu mengingatkan saya bahwa saya sudah separo jalan menyeberang-.. jadi, mengapa kembali karena jarak untuk pulang sama jauhnya dengan jarak menuju kuadran di sisi seberang. Sama seperti jika Columbus menyerah dan kembali setelah separo jalan melayari Samudera Atlantik Ke a?:ah mana pun jaraknya sama.
Dan ada satu peringatan dari saya: Kecerdasan juga berarti mengetahui kapan kita harus berhenti. Terlalu sering saya bertemu orang yang begitu keras kepala, hingga mereka terus melanjutkan sebuah proyek yang tidak mungkin berhasil. Mengetahui kapan harus berhenti atau kapan harus terus adalah, masalah klasik bagi siapa pun yang mengambil risiko. Satu cara untuk menangani masalah ” teras atau berhenti” ini adalah dengan mencari pembimbing yang telah berhasil menyeberang dan meminta saran mereka. Orang semacam itulah, yang sudah berada di sisi seberang, yang paling bisa membimbing Anda, Tapi berhati-hatilah dengan saran dari seseorang yang hanya pernah membaca buku tentang penyeberangan itu dan dibayar untuk memberikan kuliah tentang topik itu.
Pernyataan Jain yang sering membuat saya terus maju adalah: ’’Raksasa sering tersandung dan jatuh.
Tapi cacing tidak, karena
Yang mereka lakukan hanyalah menggali dan merayap.”
Alasan utama mengapa begitu banyak orang mengalami kesulitan finansial bukanlah karena mereka kekurangan pendidikan yang bagus» atau karena kurang kerja keras. Penyebabnya adalah mereka takut kalah. Kalau rasa takut kalah menghentikan mereka, berarti mereka sudah kalah.
PECUNDANG MEMOTONG KEMENANGAN MEREKA DAN MENAMBAH KEKALAHAN MEREKA
Rasa takut "menjadi” pecundang mempengaruhi apa yang "dilakukan’ orang dengan cara yang aneh. Saya pernah melihat orang yang membeli saham dengan harga $20, dan menjualnya ketika mencapai harga $30 karena mereka begitu' takut akan kehilangan apa yang telah mereka peroleh, padahal harga saham itu naik menjadi $100, lalu mengalami split, dan naik lagi menjadi $100.
Orang yang sama, setelah membeli saham dengan harga $20, akan melihat harganya turun menjadi, kita umpamakan, $3 dan terus bertahan, berharap harganya akan naik lagi, dan mereka mungkin akan terus mempertahankan saham seharga $3 itu selama 20 tahun. Ini adalah contoh orang yang ’’menjadi” sangat takut kalah, atau mengakui bahwa mereka sudah kalah, hingga akhirnya mereka benar-benar kalah.
PEMENANG MEMOTONG KEKALAHAN MEREKA DAN MENAMBAH KEMENANGAN MEREKA
Pemenang ”melakukan” hal-hal dengan cara yang nyaris seratus persen berlawanan. Sering, begitu mengetahui posisi mereka jelek, yaitu harga saham mereka merosot dan bukannya naik, mereka akan langsung menjualnya dan menanggung kerugian mereka. Sebagian besar tidak malu mengatakan mereka rugi, karena seorang pemenang tahu bahwa kalah adalah bagian dari proses mencapai kemenangan.
Ketika menemukan posisi yang bagus, mereka akan mempertahankan saham mereka hingga harganya setinggi mungkin. Begitu mengetahui telah mencapai puncak, mereka langsung menjualnya.
Kunci menjadi investor hebat adalah bersikap netral pada kemenangan dan kekalahan. Lalu, tidak ada pikiran-pikiran emosional semacam rasa takut dan serakah yang menguasai akal sehat Anda.
PECUNDANG MELAKUKAN HAL SERUPA DALAM HIDUP
Orang yang takut kalah melakukan lial serupa dalam hidup. Kita semua mengenal:
1. Mereka yang mempertahankan perkawinan yang ridak lagi berlandaskan cinta.
2. Mereka yang menjalani pekerjaan tidak berprospek.
3. Mereka yang terus menyimpan pakaian tua serta ’’barang-barang” yang takkan pernah mereka pakai.
4. Mereka yang tetap tinggal di kota-kota di mana mereka ridak mempunyai masa depan.
5. Mereka yang tetap berteman dengan orang-orang yang menghalangi kemajuan mereka.
KECERDASAN EMOSIONAL BISA DIKENDALIKAN
Kecerdasan finansial sangat erat berkaitan dengan kecerdasan emosional. Menurut saya, kebanyakan orang mengalami kesulitan finansial karena emosi mereka mengendalikan pikiran mereka. Kita semua, sebagai ’’PRIBADI”, mempunyai emosi yang sama. Yang menentukan perbedaan dalam apa yang kita ’’LAKUKAN” dan apa yang kita ’’PUNYAI” dalam hidup terutama adalah cara kita menangani emosi-emosi itu.
Sebagai contoh, emosi takut bisa membuat sebagian dari kita menjadi penakut. Emosi takut yang sama bisa membuat orang lain menjadi berani. Sayangnya, kalau menyangkut masalah uang, kebanyakan orang dalam masyarakat kita terkondisi untuk menjadi pengecut finansial. Ketika rasa takut kehilangan uang muncul, sebagian besar pikiran orang secara otomatis mulai merapal kata-kata ini:
1. "Rasa aman,” bukannya ’’kebebasan."
2. "Hindari risiko,” bukannya ’’belajar mengelola risiko."
3. "Cari aman,” bukannya ’’pakai otak."
4. "Aku tak mampu,” bukannya ’’bagaimana supaya aku bisa melakukannya?"
5. "Terlalu mahal,” bukannya ’’berapa nilainya, jangka panjang?"
6. "Diversivikasi,” bukannya ’’pemusatan.
7. "Apa yang akan dikatakan teman-temanku?” bukannya ’’bagaimana menurutku?"
KEBIJAKSANAAN RISIKO
Ada ilmu pengetahuan tentang mengambil risiko, khususnya risiko finansial Salah satu buku terbaik yang pernah saya baca tentang hal uang dan pengelolaan risiko adalah Trading for a Living, oleh Dr. Alexander Elder.
Mesld buku itu ditulis untuk orang-orang yang berdagang saham dan opsi secara profesional, kebijaksanaan risiko dan pengelolaan risiko berlaku bagi semua bidang keuangan, pengelolaan keuangan, psikologi pribadi, dan investasi. Salah satu alasan mengapa banyak ’’B” yang sukses tidak selalu berhasil sebagai ”1” adalah karena mereka tidak sepenuhnya mengerti psikologi di balik tindakan mengambil risiko secara murni. Meski ”B” memahami risiko yang berkaitan dengan sistem bisnis dan orang, pengetahuan itu tidak selalu bisa diterapkan ke dalam sistem ’’uang menghasilkan uang.”
LEBIH BERSIFAT EMOSIONAL DARIPADA TEKNIS
Jadi, pindah dari kuadran di sisi kiri ke kuadran di sisi kanan lebih bersifat emosional daripada teknis. Jika orang tidak bisa mengendalikan pikiran emosional, saya tidak merekomendasikan perjalanan ini.
Alasan mengapa semua terlihat begitu berisiko di sisi kanan Quadrant bagi orang-orang di sisi kiri adalah karena emosi takut sering mempengaruhi pikiran mereka. Orang di sisi kiri berpikir bahwa ”cari aman” adalah pikiran logis. Kenyataannya bukan, itu adalah pikiran emosional. Dan pikiran emosionallah yang membuat orang ”macet di sebuah kuadran.
Apa yang "dilakukan” orang di sisi kanan tidaklah terlalu sulit. Saya bersungguh-sungguh ketika mengatakan bahwa hal itu semudah membeli empat rumah hijau dengan harga murah, menunggu sampai pasar membaik, lalu menjualnya, dan kemudian membeli sebuah, hotel merah besar.
Hidup sebenarnya sebuah permainan Monopoli bagi orang-orang di sisi kanan kuadran. Memang ada kalah-menang, tapi itu adalah bagian dari permainan. Kalah dan menang adalah bagian dari hidup. Untuk berhasil di sisi kanan kita harus "MENJADI” orang yang menyukai permainan ini. Tiger Woods lebih sering kalah daripada menang, tapi ia tetap menyukai permainannya: Donald Trump bangkrut dan berjuang lagi. Ia tidak berhenti karena kalah. Kalah hanya membuatnya menjadi semakin pandai dan bertekad. Banyak orang kaya bangkrut sebelum menjadi kaya. Itu adalah bagian dari permainan.
Jika emosi mengambil alih logika, pikiran emosional itu sering membutakan orang sehingga mereka tidak bisa melihat yang lain. Karena pikiran emosional itulah orang bereaksi, bukan karena berpikir. Emosi-emosi itulah yang menyebabkan orang dari kuadran yang berbeda berselisih pendapat. Pertengkaran ini disebabkan perbedaan pandangan emosional. Reaksi emosional itulah yang membutakan orang sehingga tidak bisa melihat betapa mudah, dan sering tidak berisikonya hal-hal di sisi kanan Quadrant. Jika orang tidak bisa mengendalikan pikiran emosi mereka, dan kenyataannya banyak yang tidak bisa, maka mereka sebaiknya tidak mencoba menyeberang.
Saya menganjurkan agar semua yang ingin menyeberang lebih dulu memastikan mereka mempunyai orang-orang yang akan selalu mendukung mereka, dan memiliki seorang pembimbing di sisi lain kuadran yang akan membimbing mereka. Bagi saya, perjuangan yang dilakukan istri saya dan saya setimpal dengan hasilnya. Bagi kami, hal terpenting dalam menyeberang dari sisi kiri ke sisi kanan Quadrant bukanlah apa yang harus kami ’’lakukan,” tapi pribadi yang terbentuk dalam proses itu. Bagi kami, hal itu sangat tak ternilai.
Baca Juga :