Kunci Sukses Bisnis Orang Indonesia Di Jepang

Kunci Sukses Bisnis Orang Indonesia Di Jepang


Sebenarnya peluang bisnis di Jepang untuk warga negara Indonesia banyak sekali. Hal ini bisa dilihat tidak sedikit orang Indonesia yang berhasil menjalin kerjasama dengan pengusaha Jepang. Bahkan ada orang Indonesia yang memiliki kekayaan luar biasa di Jepang.

Yang menjadi akar permasalahan dalam berbisnis di Jepang adalah bahasa Jepang. Sejauh mana kita bisa menguasai bahasa Jepang dengan baik, bukan hanya sekedar bisa bicara, akan tetapi berbicara dengan baik dan sopan. Begitu juga dalam hal menanggapi email atau komunikasi tertulis orang Jepang, apakah menggunakan bahasa Jepang, dan bagaimana bisa menulis tanggapan tertulis dalam bahasa Jepang yang baik. Semua hal tersebut merupakan kunci keberhasilan berbisnis dengan orang Jepang.
Seorang menteri yang pernah ke Jepang didamping Direksi sebuah perusahaan BUMN, pernah di tanya oleh penulis buku Tips Bisnis.

Penulis buku bertanya apakah Kepala Cabang perusahaan yang di bawah naungannya, berada di Tokyo, bisa berbahasa Jepang? Sang Menteri balik menjawab, "Apa Perlu bahasa Jepang, sih, dik?"

Tentu saja jawab penulis buku Tip Bisnis. Pentingnya bahasa Jepang agar kantor BUMN tersebut di Jepang dapat berhasil dalam operasinya sehari-hari. Kita balik saja, seandainya orang asing di Indonesia dapat berbahasa Indonesia, dapat berkomunikasi dengan baik dengan bangsa kita, bangsa Indonesia, tentu kita akan senang sekali bukan? TIdak akan ada lagi salah komunikasi kalau si orang asing menggunakan bahasa setempat. Kalaupun ada salah komunikasi, tentu dari si orang asing dan kita lah yang harus mengoreksinya, wajar saja. Lha bukan bahasa dia, bukan?

Sama seperti di Jepang. Selama lebih dari 20 tahun berdomisili di Jepang. Penulis Buku Tip Bisnis selalu memperhatikan hanya sedikit sekali orang Jepang yang bisa berbahasa Inggris dalam arti berbicara bahasa Inggris. Kalau dipaksakan mungkin kita sendiri yang bingung "itu bahasa Inggris yang dia ucapkan apa sih artinya, saya gak ngertu tuh". Begitulah kira-kira komentar seorang warga Indonesia teman dari penulis Buku Tips Bisnis ketika mendengar seorang Jepang berbahasa Inggris.

Sekali lagi, wajar kalau orang asing tak bisa bagus bicara bahasa daerah setempat karena memang bukan bahasa negaranya sendiri. Tapi setidaknya orang Jepang berusaha kuat (serius sekali berusaha) untuk belajar, dan bicara behasa Indonesia. Itulah bedanya dengan orang Indonesia yang ada di Jepang. Sangat mudah patah semangat, sangat mudah menyerah karena dianggap bahasa Jepang susah.

Lowongan Pekerjaan

Kemudian bagi calon pekerja dari Indonesia, banyak sekali yang menanyakan, apa ada lowongan pekerjaan di Jepang. Sebenarnya bukan lowongan pekerjaan di Jepang yang harus di perhatikan oleh orang Indonesia, tapi apakah kita sudah siap untuk mengerti bahasa Jepang. Berbicara maupun menulis bahasa Jepang? itu dulu yang semestinya dipikirkan seseorang yang ingin bekerja di Jepang.

Tenaga kerja Indonesia memang memiliki citra yang baik di mata orang Jepang karena pekerja keras dan dianggap mau belajar dalam pekerjaan. Namun kelemahannya adalah komunikasi bahasa Jepang yang tanggung-tanggung, sehingga malah membuat salah pengertian dan menimbulkan pertengkaran dengan orang Jepang.

Mengapa demikian? Mengerti bahasa Jepang bukan melulu kosa kata saja yang dipelajari dan dipahami, tetapi ada budaya Jepang yang terkandung dalam kosa kata tersebut.

Bagi yang tidak mengerti sebuah kosa kata mungkin dianggap biasa, hanya meniru saja, tak ada maksud apa-apa. Tetapi bagi lawan bicara, orang Jepang, mungkin akan merasa tersinggung sekali, "Wah orang itu kasar ya, tak baik ya." komentar orang Jepang yang tentu saja tak diungkapkan saat berhadapan dengan kita, tetapi akan disampaikan kepada orang lain di belakang kita.

Akibatnya saat mendengar nama kita, katakanlah nama Richard Susilo, orang Jepang yang sudah pernah mendengarnya akan menghindar, sekalipun mereka tidak mengenal Richard Susilo dan hanya mendengar nama Richard Susilo dari temannya. Orang Jepang lain yang berburuk ucap mengenai Richard Susilo, akan mengatakan si Richard Susilo sebagai orang yang begini, begitu (dalam artian negatif).

Inilah dunia Jepang terutama di kalangan para pebisnisnya. Nama baik sangatlah penting dan bahkan yang terpenting dalam kehidupan. Akibat kehilangan nama baik, tidak sedikit orang Jepang yang bunuh diri. Misalnya hanya gara-gara pernah mengambil uang sedikit dan dianggap korupsi, padahal belum diputuskan pengadilan, tetapi namanya menjadi cacat, orang tersebut bisa saja bunuh diri, dari pada hidup tapi harus dijuluki sebagai koruptor, mendingan bunuh diri. Pembicaraan mengenai bunuh diri, karena stres menjalani kehidupan di Jepang.

Melalui kedisiplinan dan kejujuran yang dipegang teguh semua orang, jadilah suatu struktur masyarakat yang memang tertata dengan sangat baik, sehingga segala hal bisa terlaksana dengan lancar sesuai yang dibayangkan atau direncakan sebelumnya.

Sebuah contoh adalah pembuatan KTP Jepang. Hanya dalam kurun waktu maksimal 30 menit sudah selesai dan sebuah kartupos akan diberikan untuk mengambil KTP asli sebulan kemudian. Demikian pula pengurusan telepon, listrik, gas dan sebagainya sangat mudah, tak lebih dari 30 menit, dan terpenting lagi, Jepang bukan negara Tips. Di manapun tidak ada tips. Sebaliknya kalau kita memberikan tips mereka malah bingung "untuk apa ya ini?"

Kembalian taksi misalnya, satu yen pun pasti akan dikembalikan, "Pak, pak, ini kembalian taksinya." teriak seorang sopir yang akan mengejar kita saat terburu=buru keluar taksi karena akan menghadiri rapat. 

Jadi sebelum memasuki bisnis suatu negara perlu memahami budaya masyarakat setempat agar bisa diterima.

Postingan Populer